Bincang Singkat dengan Niccolò Canepa Part 1
- 28/10/2024
47 views
Juara dunia FIM Endurance World Championship dua kali dan pemenang ketiga balapan 24 jam, Niccolò Canepa, yang menyatakan pensiun bulan lalu, akan dikenang sebagai salah satu rider terhebat di ajang ini.
Berikut adalah bagian pertama wawancara EWC Take Five kami dengan rider Yamalube YART Yamaha EWC Official Team asal Italia tersebut.
Pasti bukan keputusan yang mudah untuk pensiun dari dunia balap. Apa yang membuatmu percaya kalau itu adalah keputusan yang benar?
“Saya merasa saya masih bugar dan cepat. Saya tampil prima dua tahun belakangan ini dengan motor yang luar biasa dari YART, yang merupakan kombinasi motor Yamaha dan ban Bridgestone. Tetapi, saya juga memiliki kesempatan untuk menata masa depan saya. Saya sudah berusia 36 tahun dan karir sebagai pembalap tidak untuk selamanya. Saya tahu dua tahun belakangan ini saya tampil sangat bagus, saya masuk di jajaran tertinggi dan tidak memiliki masalah, tapi saya juga harus memikirkan masa depan saya dan saya memiliki kesempatan untuk tetap menjadi bagian keluarga Yamaha. Yamaha memberikan saya kepercayaan 10 tahun lalu ketika saya pertama bergabung dengan mereka. Saya akan tetap menjadi bagian dari Yamaha, tapi dalam kapasitas lain.”
Apakah kecelakaan di Daytona 200 bulan Maret lalu, yang menyebabkan cedera bahu, menjadi salah satu faktornya?
“Tidak, tidak sama sekali. Satu-satunya penyesalan saya adalah andai saja saya masih bisa balapan Daytona lagi karena saya rasa saya bisa tampil bagus di sana. Sayangnya, sekarang hal tersebut sudah tidak memungkinkan.”
Apakah keputusan untuk pensiun sudah final atau kamu bisa saja kembali balapan beberapa tahun lagi?
“Saya rasa pilihan ini untuk selamanya. Saya tahu ketika rider sudah memutuskan untuk berhenti balapan mereka bisa saja berubah pikiran. Komitmennya juga berubah, latihan tiap hari, bersiap setiap hari, sama seperti saat kamu ganti pekerjaan baru. Tentu saja kamu ingin tetap bugar, tapi tujuan dari persiapannya sudah berbeda karena motivasimu sudah berubah dari rider-rider yang lain. Target saya bukan untuk naik jadi 100 kilo, tapi inilah saatnya untuk membiarkan rider-rider muda bersinar.”
Kamu masih cukup muda ketika menjadi rider EWC, di mana ajang ini lekat dengan rider-rider berumur yang sudah mau pensiun. Apa yang menurutmu berubah sejak tahun pertamamu?
“Sejujurnya, menurut saya EWC adalah kejuaraan yang sudah banyak berkembang sejak saya bergabung sembilan tahun yang lalu. EWC menarik lebih banyak rider papan atas internasional. Saya bisa lihat perbedaannya dan saya sangat menghargai segala upaya yang dikerahkan. Saya pribadi ingin ada lebih banyak balapan untuk memberikan kesempatan bagi rider-rirder muda menunjukkan potensi mereka. Dengan hanya empat balapan, kalau rider tampil buruk di satu atau dua balapan, itu saja sudah 50% dari kejuaraannya kan, jadi saya harap ke depannya jumlah balapan bisa bertambah. Dulu, di kategori MotoGP dan World Superbike, saya selalu cepat di satu lap, tapi saya kesulitan mempertahankannya saat balapan atau saya kesulitan menemukan ritme balapan saat cuaca basah. Sejak saya bergabung di kejuaraan ini, saya sadar saya sudah banyak berkembang, dan ketika saya dapat wildcard di World Superbike, saya sadar ritme balapan saya sudah jauh lebih bagus, ketahanan fisik saya juga lebih oke sejak di endurance dan saya juga lebih baik di kondisi balapan yang mix basah dan kering. Dulu saya lihat memang banyak rider yang mengakhiri karir mereka di EWC, tapi sekarang saya lihat banyak rider muda yang memulai karir mereka di sini. Jika mereka memang benar cepat dan punya skill, mereka bisa masuk ke World Superbike dan bisa konsisten yang tercepat di segala kondisi. Ini adalah kunci balapan ketahanan dan saya senang dengan ide perubahan mentalitas ini di ajang balapan yang lain.”
Kalau lihat ke belakang, apa yang kamu ingat sebelum balapan pertamamu di EWC, yakni 24 Heures Motos di Le Mans 2016?
“Tentu saja saya sangat takut dan banyak sekali hal yang membingungkan bagi saya, karena saya tidak tahu harus berharap apa. Kamu tonton balapannya di TV, tapi kamu tidak bisa tahu semuanya juga. Kamu tanya rider lain, tapi kondisi aslinya akan selalu berbeda di atas motor. Balapan 24 jam pertama saya membuat saya sedikit trauma. Teman setim saya crash tiga kali dan kami harus mundur balapan setelah 18 jam membalap. Walau susah, saya banyak belajar dan saya sangat berterima kasih kepada rekan setim saya saat itu, khususnya David Checa dan bos tim GMT94 Christophe Guyot karena mereka sudah mengajari saya banyak hal. Mereka memberikan saya kesempatan untuk masuk ke tim papan atas dan juga untuk belajar. Hal ini sangat mempengaruhi karir saya karena proses belajarnya jadi lebih mudah dan cepat.”
Bagian kedua wawancara EWC Take Five Q&A dengan Niccolò Canepa akan rilis pada Jumat 1 November.
Sumber [ FIM EWC ]