Mandy Kainz dari Yamalube YART Yamaha EWC Official Team menggambarkan penantian panjang untuk memenangkan FIM Endurance World Championship musim lalu sebagai “seperti 10 tahun di padang pasir dan kemudian menemukan oasis”.
Kainz, Manajer Tim YART, mendampingi para rider Niccolò Canepa, Marvin Fritz dan Karel Hanika untuk meraih gelar juara EWC yang diidam-idamkan dalam sebuah balapan penutup musim yang dramatis di Sirkuit Paul Ricard bulan September tahun lalu.
Tim asal Austria ini merupakan salah satu dari enam tim yang bersaing memperebutkan gelar juara EWC yang memulai ajang balap 24 jam yang legendaris di Prancis bagian selatan ini dengan tertinggal 14 poin dari F.C.C. TSR Honda France.
Tim ini mengalami masa-masa sulit pada hari Minggu pagi, akibat dari masalah suhu yang mengharuskan mereka untuk melakukan beberapa kali pitstop yang tidak terduga, hingga akhirnya masalah tersebut dapat diatasi oleh para mekanik tim menjelang dua jam terakhir balapan.
Namun, dengan rival-rival utama mereka yang terpaksa mundur (F.C.C. TSR Honda France) atau keluar dari persaingan (BMW Motorrad World Endurance Team), YART harus berada di sembilan besar Formula EWC untuk mengamankan hadiah terbesar FIM Endurance World Championship sehingga masalah yang dialami mereka pada Minggu pagi sangatlah mengganggu.
Dengan para rider yang tampil sempurna, setelah mendapatkan keuntungan dari pemilihan ban yang terinspirasi dari balapan pembuka pada Sabtu sore dan merasa yakin bahwa motor yang dilengkapi dengan ban Bridgestone #7 bekerja dengan baik hingga finis, posisi keempat sudah cukup untuk merebut gelar juara.
“Kami sering sekali hampir meraih gelar juara, namun selalu saja ada sesuatu yang terjadi,” ujar Kainz. “Sejujurnya, sangat melegakan dan rasanya sama seperti berada 10 tahun di padang pasir dan kemudian Anda menemukan oasis.”
Sumber [ FIM EWC ]